Faktor-faktor yang menentukan keterjadian suatu peristiwa dalam kehidupan ini begitu banyak dan kompleks. Begitu juga variabel dalam keterjadian gejala alam. Begitu banyaknya sehingga mustahil manusia bisa mengendalikan semuanya. Manusia hanya bisa mengendalikan sebagian—bahkan hanya sebagian kecil—faktor-faktor atau variabel-variabel tersebut. Selebihnya, faktor-faktor atau variabel-variabel tersebut berada di luar kontrol kita. Maka, sebenarnya peran kita untuk menghasilkan suatu efek, yang kita harapkan, dalam kehidupan dan dalam alam ini, amat kecil. Maka, jadilah—terhadap kita—berjalannya kehidupan dan gejala-gejala alam ini hampir-hampir arbitrer atau sebarang saja. Maka, kalau tak ada suatu kekuatan di luar kita, yang bisa membantu kita mengendalikan begitu banyak faktor atau variabel yang berada di luar kendali kita itu—agar bergerak menuju terwujudnya rencana atau keinginan kita—maka hidup kita akan lebih sering atau tidak malah selalu meleset dari rencana atau ekspektasi kita.
Lagi-lagi karena banyak, komplek dan agungnya faktor-faktor dan variabel-variabel tersebut, maka tak ada seorang manusia pun yang bisa melakukannya untuk kita. Mestilah suatu wujud dengan kekuasaan yang agung jugalah yang bisa melakukannya. Dialah yang, dalam agama, disebut Tuhan, atau Allah.
“Dalam kekuasaan-Nya semua yang di lelangit dan di bumi…Dia Mahatahu pula apa-apa yang di depan dan di belakang (di luar kendali) tangan-tangan mereka…Amat luas jangkauan kekuasaan-Nya atas lelangit dan bumi…Tak merepotkannya pengendalian semua itu, dan Dia Mahatahu dan Mahaagung.” (Ayat Kursi)
Pengendalian oleh Allah, sehingga segala sesuatu bergerak sesuai keinginan kita, inilah yang disebut sebagai tawfiq (kesesuaian—antara keinginan kita dan pengendalian atau pengarahannya oleh Allah). Fa laa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ayn.
Semoga Allah selalu memberikan hidayah (petunjuk), ‘inayah (support), dan tawfiq-Nya kepada kita semua… 🤲