Jantung Al-Qur’an: Mengurai Pesan-Pesan Batin Surat Yasin (Bagian 1)

Iduladha saya kali ini istimewa. Tanpa saya duga sebelumnya, di rumah ibu mertua saya—saat saya mengunjunginya bersama keluarga—dibacakan surat Yasin. Bukan saja saya tidak menduga, bahkan saya masih dalam keadaan tidur-tidur ayam ketika pembacaan dimulai—maklum, malam sebelumnya saya kurang tidur. Tiba-tiba saja saya mendengar surat Yasin dilantunkan, dipimpin salah seorang bibi istri saya. Lantunannya merdu, bacaannya fasih, menusuk hati. Ternyata, belakangan saya tahu—saya tak mendengar pembicaraan awalnya, karena tertidur itu—bahwa itu pembacaan tahlil bagi ayah mertua saya yang telah meninggal belasan tahun lalu, dan kakak ipar saya yang meninggal di sekitar lebaran Iduladha tahun lalu.

Entah karena saya sedang berada dalam mode gelombang tetha karena tidur-tidur ayam itu, atau karena merdunya pembacaan surat ini, atau saya hanya sedang mengalami a-ha moment setelah barangkali ratusan atau ribuan kali membaca sejak kecil, surat yang disebut “jantungnya Al-Qur’an” ini seperti menurunkan ilham baru kepada saya. Bukan terutama tentang arti atau terjemah surat ini—karena saya sudah agak lama nyaris memahami seluruh arti semua ayat dalam surat ini—tapi saya seperti mendapatkan konteks yang segar bagi surat ini. Kebiasaan membaca surat ini bagi orang yang akan atau baru meninggal—dan pada tahlil—menjadikan surat ini terdengar agak “horor”—maksud saya, terasosiasikan dengan kematian.

Tapi, kali ini saya justru mendengarnya sebagai sapaan lembut dan penuh cinta dari Allah, Sang  Rahman, kepada manusia. Sebetulnya  sudah agak lama saya ingin menuliskan hikmah surat Yasin ini. Khususnya setelah saya menulis buku Sang Belas Kasih: Mengurai Makna Batin Surat ar-Rahman. Antara lain karena saya memang merasa surat ini pun—seperti ar-Rahman—sebenarnya juga mengungkap welas-asih Tuhan. Jadi, lebih bersifat romantis ketimbang “horor”. Dan, butuh waktu sekitar setahun sejak saya menulis Sang Belas Kasih, surat Yasin ini benar-benar saya rasakan berbicara kepada saya dengan penuh kasih. Awalnya, dengan pemahaman kognitif, kali ini secara afektif. Di malam-malam Jumat beberapa minggu terakhir—saya bersama keluarga menyepakati untuk mengganti kesempatan membaca keseluruhan surat ini—biasanya secara agak cepat, sebelum kemudian membaca Ratib Haddad dengan membaca paragraf demi paragraf surat ini dan kemudian (saya) mengurai maknanya. Karenanya saya putuskan segera mulai menuliskan—atau mem-podcast-kan—hikmah surat Yasin ini.

Baca Juga:  Kegelisahan Buya Syafii Maarif dan Tantangannya untuk Generasi Muda Muslim Indonesia

Surat ini dimulai dengan ayat pendek, yang berbunyi “Ya Sin“. Tidak seperti huruf-huruf lepas lain di awal beberapa surat lain (muqath-tha’at), para ulama melihat ayat ini lebih sebagai dua kata yang memiliki arti yang diketahui. Ada beberapa versi penafsiran ulama atas ayat ini. Pertama “Wahai (Ya), manusia“. Lalu, dalam hal ini, kata “sin” diduga adalah versi dialek Arab tertentu untuk menyebut “insan” (manusia). Penafsiran lain, melihat kata “sin” sebagai sebutan penuh sayang (term of endearment) kepada (spesies) manusia. Yakni, berasal dari kata diminutif (pengecilan) kata “insan” itu sendiri, menjadi “unaysin”. (Seperti, contohnya, kata “‘abd”, menjadi “‘ubayd”).

Jadi, jika diterjemahkan secara lebih bebas dengan “rasa” seperti ini, ungkapan “Ya Sin” bermakna “Duh, manusia yang kusayangi”. Bisa jadi  kata “sin” dalam makna ini secara spesifik merujuk kepada Nabi Muhammad, sebagai manusia yang paling disayangi Allah, yang dirujuk juga dalam ayat-ayat setelah itu. Atau, kepada umat manusia secara keseluruhan—baik ketika di dunia ini atau pun, seperti kata sebagian mufasir, kelak di akhirat sebelum dihisab. Makna rujukan kepada Nabi Muhammad ini diperkuat oleh sebuah hadis riwayat Sayidina Ali, yang menyebutkan beberapa nama Nabi Muhammad, yang salah satunya adalah “Yasin”. Apa pun itu, tampaknya tak sedikit ulama sepakat bahwa ayat pertama ini adalah ungkapan panggilan sayang kepada manusia. Dari sini saja, kesan kita tentang surat ini mungkin sudah akan berubah drastis… (bersambung)

0 Shares:
You May Also Like