Sejarah dan 5 Ajaran Sentral Thariqah Bani ‘Alawi: Tarekat Para Habib

Apa itu Thariqah Bani ‘Alawi? Siapa pendirinya? Dari mana asal usulnya? Kenapa thariqah ini berkembang dan berpusat di negeri Hadramaut? Apa yang membedakan thariqah ini dengan thariqah yang lainnya? Apa ajaran sentralnya? Dan bagaimana proses penyebarannya sampai masuk di belahan dunia termasuk Indonesia? Itulah beragam pertanyan yang mungkin muncul dalam benak kita ketika mendengar Thariqah Bani ‘Alawi.

Thariqah Bani ‘Alawi terdiri dari tiga kosakata, yaitu thariqah, bani dan ‘alawi. Secara bahasa kata thariqah mempunyai beragam makna di antaranya, sirah (biografi perjalanan hidup seseorang), jalan, tradisi dan suluk (metode untuk menuju Allah). Kata bani berarti keturunan atau keluarga. Dan ‘alawi ialah suatu marga yang berasal dari keturunan Nabi Muhammad saw., yaitu Imam ‘Alwi bin ‘Ubaidillah cucu dari Imam Ahmad al-Muhajir. Dari sini dapat disimpulkan, Thariqah Bani ‘Alawi dapat diartikan sebagai kebiasaan, nilai-nilai, ajaran, dan metode untuk mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan oleh kaum ‘Alawiyyin atau kaum Sayyid (keturunan Nabi Muhammad saw).

Tokoh sentral thariqah ini ialah Imam Ahmad al-Muhajir bin ‘Isa al-‘Alawi. Ia lahir di Bashrah, Irak pada tahun 273 H. Di masa pemerintahan Abbasiyyah tepatnya pada abad ke 4 H terjadi ketidak stabilan keamanan negara. Muncul beragam gerakan-gerakan pemberontak, ancaman pembantaian dll. Puncaknya ialah terjadi penyerangan terhadap Bashrah yang dilakukan oleh suku Qaramithah. Oleh karena itu, pada tahun 317 H dia berhijrah ke Hadramaut meninggalkan kota kelahirannya. Dengan harapan bisa menjamin keselamatan para pengikutnya, dan mempertahankan kemurnian ajaran agama yang disampaikan oleh leluhurnya (Nabi Muhammad saw). Dikarenakan ia hijrah dari tanah kelahirannya ke Hadramaut inilah yang kemudian namanya tersematkan sebagai al-Muhajir.

Imam Ahmad al-Muhajir mempunyai keturunan bernama ‘Ubaidillah. Dari Ubaidillah ini lahir tiga anak yang memiliki kedudukan tinggi di hadapan Allah swt. Ketiga anak tersebut bernama Bahsri, Jadid, dan ‘Alwi.  Keturunan dari Bashri dan Jadid terputus yang tersisa ialah keturunan dari ‘Alwi. Dari trah ‘Alwi inilah keturunan para Sadah Ba ‘Alawi bernasab. Kemudian keturunan ‘Alwi menyebar ke penjuru dunia khususnya di Hadramaut.  Dan pada akirnya pindah ke kota Tarim. Mereka menetap di sana pada tahun 521 H. Dan keturunan al-Muhajir yang pertama kali menetap ialah Imam Ali bin ‘Alwi yang masyhur disebut Khali’ Qasam.

Baca Juga:  Politik sebagai Jalan Kebahagiaan Perspektif Al-Farabi

Sebagaimana tarekat-tarekat yang ada, Thariqah Bani ‘Alawi mempunyai tradisi, wasiat, amalan-amalan wirid, khirqah shufiyyah dan silsilah sanad keilmuan. Berbicara sanad keilmuan Thariqah ini sangat jelas berasas dari Sayyid ‘Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad al- Muhajir bin Isa al-Naqib bin Muhammad al-Naqib bin Ali al-‘Uraidhi bin Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal ‘Abidin bin Imam Husain bin Fatima binti Nabi Muhammad saw.

Di dalam kitab Al-Manhaj al-Sawiy Syarh Ushul Thariqah al-Sadah Al Ba ‘Alawi, al-Habib Zain bin Ibrahim bin Sumaith menuturkan, “Terdapat lima ajaran/pilar inti Thariqah Bani ‘Alawi yaitu: ‘ilmu, ‘amal (aplikatif dari ilmu), wara’ (perbuatan menjaga diri dari hal-hal yang syubhat), khauf’ (takut ialah hasil dari pengenalan terhadap Allah), dan ikhlas (menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang dituju dalam ketaatan dan perbuatan).”

Bagi siapa pun yang sudah mengamalkan lima pilar tersebut, maka sudah termasuk dalam lingkaran Thariqah Bani ‘Alawi, walau pun tanpa baiat. Pun demikian tidak berarti thariqah ini menegasikan baiat. Baiat tetap berlaku, tetapi bukan sesuatu yang lazim. Thariqah ini lebih menekankan pada lima pilar dan mengikuti jalan ulama Bani ‘Alawi. Untuk kalangan pemula pada umumnya thariqah ini mengajak mereka untuk mendekati para ulama Bani ‘Alawi, baik yang masih hidup atau pun yang sudah wafat dengan mengkaji sejarah jalan hidupnya. Lalu biasanya mengikat mereka dengan talqin, kalimat tahlil dalam acara-acara ritualnya dan sebagainya.

Terakhir, bagaimana thariqah ini sampai di Indonesia? Menjawab pertanyaan tersebut. Masyhur didengar, sejarah Islamisasi di Indonesia akan selalu terkait dengan peran Wali Songo. Mereka adalah keturunan dari Bani ‘Alawiyyin yang bernasab sampai ke Rasulullah saw. Mereka melakukan syiar Islam bukan membawa bala tentara, melainkan dengan modal keimanan yang dibalut dengan akhlak dan budi pekerti yang tinggi sebagaimana yang diajarkan oleh leluhurnya. Dan lewat mereka pula Thariqah Bani ‘Alawi tersebar di kepulauan Nusantara.

Baca Juga:  Seni Agar Allah Jatuh Cinta ala Sufi (Bagian 2)
0 Shares:
You May Also Like
Read More

Ziarah ke Sebalik Sungai Amu Darya (Bagian 2)

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلْأَرْضَ ذَلُولًا فَٱمْشُوا۟ فِى مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا۟ مِن رِّزْقِهِۦ ۖ وَإِلَيْهِ ٱلنُّشُورُ “Dialah yang menjadikan…