SETAN-SETAN PERANG

Pagi ini, ketika sarapan di sebuah hotel di Banyuwangi, saya melihat tentara-tentara marinir AS, yang masih muda-muda, berada di kota ini. Ini kali yang kedua. Yang pertama beberapa tahun lalu. Di Banyuwangi juga. Saya tahu, dari informasi yang ada, bahwa mereka berada di Banyuwangi untuk latihan militer gabungan. Yang sebelumnya dengan tentara-tentara Indonesia. Kali ini, dengan tentara-tentara Singapore.

Tentu saja badan mereka besar-besar—jauh lebih besar dari tentara-tentara Singapore. Wajah mereka rata-rata ganteng. Banyak yang berkulit putih ada juga yang berkulit hitam. Saya duga ada tentara perempuan juga dalam rombongan mereka. Tapi bukan terutama soal kegagahan itu yang menarik perhatian saya. Saya lihat mereka rata-rata masih berumur di awal-awal 20 tahunan. Sebagian berwajah keras—seperti tentara—tapi lebih banyak lagi yang berwajah inosen. Seperti anak-anak muda remaja biasa.

Saya langsung teringat dengan ibu-ibu mereka, yang tentu amat menyayangi mereka. Tapi, sebagai serdadu, tentu saja cepat atau lambat mereka akan dikirim ke medan perang. Sebagian akan pulang selamat, lalu hidup biasa seperti yang lain-lain. Sebagian—dan ini jumlahnya tidak kecil—akan hidup dengan trauma peperangan yang akan terus menghantui mereka. Ada juga yang akan dipulangkan dalam keadaan terluka, dan cacat seumur hidup. Tak sedikit pula yang dipulangkan tanpa nyawa.

Mudah diduga bahwa para tentara ini, seperti manusia-manusia lain, adalah orang-orang baik. Apalagi tak sedikit dari mereka yang hanyalah anggota tentara wajib militer. Melihat badannya yang tak besar-besar, kemungkinan tentara Singapore itu adalah bagian dari anggota wajib militer. Ya, mereka, seperti manusia-manusia lain, bahkan amat baik.

Dalam konteks penindasan atas bangsa Palestina dan genosida Gaza sekarang ini, kita melihat bahkan ada veteran tentara AS yang mati-matian membela bangsa Palestina. Kasus yang betul-betul mengharukan sekaligus menyedihkan kita adalah Aron Bushnell, yang sampai menjadi martir dengan  membakar diri demi mengungkapkan pembelaannya  pada bangsa Palestina ke seluruh dunia. Ya, mereka bahkan bisa menjadi seperti malaikat. Bukan tidak ada tentara yang jahat. Tapi tak sedikit di antara mereka yang menjadi jahat karena pengalaman kekejaman selama peperangan itu.

Baca Juga:  Makna Batin Kisah Maryam

Nah, sekarang, mau tahu siapa yang benar-benar jahat? Bukan tentara-tentara itu. Bukan. Tapi orang-orang di atas mereka, yang merekayasa perang itu. Para pimpinan negeri adidaya, yang sombong, kejam, dan meremehkan manusia. Adigang, adigung, adiguna. Yang memanjakan hawa nafsu superioritas mereka, seringkali dalam samaran perbuatan baik mengatur dunia. Tak jarang juga karena mengejar uang dan kemakmuran. Orang-orang inilah penjahatnya. Merekalah setan-setannya. Dan biasanya mereka justru tak ikut perang. Mereka hidup di ruang-ruang megah yang nyaman dalam keserakahan mereka, sambil memerintahkan tindakan untuk membunuhi orang lain dengan tidak semena-mena. Dan sebetulnya juga membunuhi anak-anak mereka yang menjadi tentara itu.  Seperti kata seorang bijak, “Yang paling suka perang adalah orang-orang yang justru tidak ikut perang.”

O, iya. Bukan tak ada perang yang sah, perang yang luhur untuk membela orang-orang tertindas. Perang yang justru merupakan wujud pengorbanan diri yang mulia. Tapi semua yang membaca ini akan segera tahu bahwa saya tak sedang berbicara tentang ini…

Alhasil, saya jatuh kasihan kepada anak-anak muda berseragam marinir AS yang saya temui di restoran hotel itu. Lebih kasihan lagi kepada ibu-ibu mereka, kepada ayah-ayah mereka, kepada istri-istri mereka, dan kepada anak-anak mereka—kelak jika mereka sudah berkeluarga.

Anak-anak muda ini, meski tentara dari sebuah negeri adidaya, adalah orang-orang biasa. Yang ingin hidup bahagia, seperti orang lain. Setidaknya sebagian besar dari mereka. Tak sedikit di antara mereka yang mungkin terpaksa oleh keadaan. Dan keluarga mereka harus selalu menunggu dengan harap-harap cemas apakah orang yang mereka cintai akan pulang dengan selamat.

Saya jatuh iba kepada mereka. Sambil berdoa: Mudah-mudahan para setan yang menjadi pimpinan mereka, segera sadar akan kejahatan mereka, atau mendapatkan balasan setimpal akibat kejahatan mereka ini.

Baca Juga:  BAGAI DAUN-DAUN KERING DITERBANGKAN ANGIN DI MAKKAH DAN MADINAH (5)
0 Shares:
You May Also Like