Pesan-Pesan Iblis

Ketika Nabi Adam as diturunkan dari surga ke bumi, maka beliau memohon pertolongan kepada Allah seraya berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah menjadikan aku dan makhluk ini (iblis) sebagai musuh. Jika Engkau tidak menolongku darinya, maka aku tidak akan sanggup untuk melawannya.” Allah mengijabahkan permintaan Nabi Adam as seraya berfirman, “Tidak dilahirkan seorang anak dari keturunanmu, kecuali diwakilkan seorang malaikat untuk (menjaga) anak itu.” Beliau memohon lagi, “Wahai Tuhanku, mohon kiranya Engkau menambahkan lagi untukku.” Allah mengijabahkan seraya berfirman, “Aku membalas satu keburukan dengan satu keburukan dan membalas satu kebaikan dengan sepuluh kebaikan sampai kepada jumlah tertentu yang Aku hendaki.” Nabi Adam as memohon lagi seraya berkata, “Wahai Tuhanku, mohon kiranya Engkau menambahkan lagi untukku.” Allah mengijabahkan sembari berfirman, “Pintu tobat senantiasa terbuka selama hayat masih dikandung badan.”

Mengetahui hal itu, maka iblis juga memohon pertolongan kepada Allah seraya berkata, “Wahai Tuhanku, Engkau telah memuliakan hamba ini (Adam) melebihiku. Jika Engkau tidak menolongku atasnya, maka aku tidak akan mampu untuk menggoda dan menguasainya.” Allah mengijabahkan permintaan iblis seraya berfirman, “Tidak dilahirkan seorang anak Adam, kecuali juga dilahirkan seorang anak dari keturunanmu.” Iblis meminta lagi, “Wahai Tuhanku, mohon kiranya Engkau menambahkan lagi untukku.” Allah menjawab, “Engkau bisa merasuk ke dalam tubuh mereka (anak cucu Adam) melalui peredaran darah dan menjadikan hati mereka sebagai rumah.” Iblis masih meminta lagi seraya berkata, “Wahai Tuhanku, mohon kiranya Engkau menambahkan lagi untukku.” Allah mengijabahkan seraya berfirman, “Kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka” (Al-Isrā’ [17]: 64).

Kisah tersebut berdasarkan keterangan yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi Muhammad saw bernama Jābir bin ‘Abdullāh (Al-Gazālī, Iyā’ ‘Ulūm ad-Dīn, III: 44). Dalam keterangan lain, iblis berjanji kepada Allah akan terus menggoda dan menyesatkan umat manusia selama mereka masih hidup. Namun, Allah juga berjanji akan senantiasa mengampuni dosa-dosa umat manusia selama mereka meminta ampun kepada-Nya (Nasrullah Ainul Yaqin, “Menyimak Dialog Setan dengan Allah tentang Manusia”, dalam https://bincangsyariah.com/khazanah/menyimak-dialog-setan-dengan-allah/, 2024).

Oleh karena itu, penulis menyajikan beberapa pesan iblis yang disebutkan dalam kitab Iyā’ ‘Ulūm ad-Dīn karya Ḥujjatul Islām Abū Ḥāmid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Gazālī. Pesan-pesan iblis ini penting diperhatikan agar kita bisa menjaga diri dari tipu dayanya. Sebab, jika kita teperdaya oleh rayuan iblis dan para pembantunya, maka kita akan terjatuh dalam jurang kesesatan dan kesengsaraan. Dalam Islam, melawan hawa nafsu dan iblis yang senantiasa menggoda sepanjang waktu merupakan jihad besar (al-jihād al-akbar). Ia lebih utama daripada jihad kecil (al-jihād al-agar) yang bersifat temporal, yaitu memerangi orang-orang kafir yang menyerang (Nasrullah Ainul Yaqin, “Jihad Tak Hanya Perang, Ini Jihad yang Paling Diperlukan Umat Muslim Indonesia”, dalam https://bincangsyariah.com/kolom/jihad-tak-hanya-perang-ini-jihad-yang-paling-diperlukan-umat-muslim-indonesia/, 2024).

Baca Juga:  Refleksi atas Pidato Soekarno 17 Agustus 1966 dan Kontekstualisasinya pada Hari ini

Pertama, suatu ketika Nabi Musa as. bertemu dengan iblis. Lalu, iblis berkata kepadanya, “Wahai Musa, engkau adalah orang yang dipilih oleh Allah dengan risalah-Nya, dan Allah telah berfirman kepadamu secara langsung, sedangkan aku adalah makhluk Allah yang berdosa. Aku ingin bertobat, maka tolonglah aku untuk menyampaikan keinginanku kepada Tuhanku agar Dia menerima tobatku.” Nabi Musa as. menjawab, “Baiklah.”

Beberapa waktu kemudian, Nabi Musa as menaiki sebuah gunung dan berbicara kepada Allah secara langsung. Ketika beliau hendak turun dari gunung, maka Allah berfirman, “Sampaikanlah amanah (yang kamu terima).” Beliau kemudian berkata, “Wahai Tuhanku, hamba-Mu, iblis, mau bertobat. Dia ingin agar Engkau menerima tobatnya.” Maka, Allah mewahyukan kepada Nabi Musa as. seraya berfirman, “Wahai Musa, Aku telah mengabulkan keperluanmu. Suruhlah ia untuk bersujud ke kuburan Adam sampai tobatnya diterima.” Setelah itu, Nabi Musa as. bertemu dengan iblis seraya berkata, “Aku telah menunaikan keperluanmu (kepada Allah). Kamu disuruh sujud kepada kuburan Adam sampai tobatmu diterima.” Mendengar hal itu, iblis pun marah dan congkak sembari berkata, “Aku enggan bersujud kepada Adam sewaktu dia masih hidup, lalu bagaimana mungkin aku bersujud kepadanya dalam keadaan sudah mati.”

Iblis melanjutkan perkataannya, “Wahai Musa, sesungguhnya aku memiliki utang budi kepadamu. Kamu telah menolongku untuk menyampaikan keinginanku kepada Tuhanmu. Oleh karena itu, ingatlah kepadaku di dalam tiga hal, maka aku tidak akan mencelakakanmu dengan tiga hal tersebut. Pertama, ingatlah kepadaku ketika kamu marah. Sebab, ruhku akan merasuk ke dalam kalbumu, mataku akan merasuk ke dalam matamu, dan aku akan merasuki dirimu melalui aliran darahmu. Maka, ingatlah kepadaku ketika kamu marah. Sebab, ketika seseorang marah, maka aku akan meniup hidungnya sehingga dia tidak sadar terhadap apa pun yang dilakukan. Kedua, ingatlah kepadaku ketika engkau sedang menghadapi serangan musuh dalam peperangan. Sebab, aku akan mendatangi (menggoda) anak cucu Adam ketika mereka sedang menghadapi peperangan. Maka, aku akan mengingatkan mereka terhadap istri dan anak-anaknya serta keluarganya sehingga mereka lari dari peperangan. Ketiga, waspadalah ketika kamu sedang duduk berdua dengan seorang perempuan yang bukan mahram. Sebab, aku akan menjadi kaki tangannya untuk(menggoda)mu dan menjadi kaki tanganmu untuk(menggoda)nya. Aku tidak akan berhenti menggoda sampai aku berhasil menjerumuskanmu dengannya dan menjerumuskannya denganmu.” (Iyā’, hlm. 36-37)

Baca Juga:  MAULID NABI: KELAHIRAN SANG CAHAYA

Menurut Imam al-Gazālī, lari dari serangan musuh dalam peperangan merupakan sikap tamak terhadap dunia (Abū Ṭālib al-Makkī menyebutkan bahwa lari dari serangan musuh dalam peperangan merupakan salah satu dosa besar). Oleh karena itu, pesan iblis tersebut menunjukkan tiga hal, yaitu marah, syahwat, dan tamak. Ketiga hal tersebut merupakan bagian dari pintu masuk setan untuk menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesengsaraan. Suatu ketika ada salah satu wali Allah bertanya kepada iblis, “Beri tahu aku bagaimana kamu bisa mengalahkan dan menjerumuskan manusia?” Iblis menjawab, “Aku mencengkeram dan menjerumuskan manusia ketika dia sedang marah dan ketika sedang menyukai sesuatu.” (Iyā’, hlm. 37 & IV: 19-20) Di sinilah pentingnya kesadaran dan kewaspadaan (eling lan waspodo), terutama ketika menghadapi tiga hal tersebut. Sebab, jika kita tidak bisa mengontrol dan mengendalikan rasa marah, syahwat, atau tamak, maka iblis akan mencengkeram dan menjerumuskan kita dengan salah satu dari ketiga hal tersebut.

Kedua, ketika Nabi Nuh as menaiki kapalnya bersama para pengikutnya serta binatang-binatang yang berpasang-pasangan sesuai perintah Allah, maka beliau melihat ada seorang kakek tua yang tidak dikenal di dalam kapal. Beliau kemudian bertanya, “Apa yang membuatmu masuk ke sini?” Dia menjawab, “Aku masuk ke sini untuk menggoda dan memikat hati para pengikutmu sehingga hati mereka akan bersamaku, sementara tubuh mereka ikut bersamamu.” Mendengar hal itu, Nabi Nuh as berkata, “Keluarlah dari sini, wahai musuh Allah. Karena sesungguhnya engkau adalah makhluk yang terkutuk.”

Lalu, iblis berkata sebelum pergi dari atas kapal, “Ada lima perkara, yang dengannya aku mencelakakan manusia. Aku akan memberitahukan tiga perkara saja kepadamu dan tidak akan memberitahukan dua sisanya.” Maka, Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh as. agar menanyakan dua perkara itu saja kepada iblis. Sebab, tiga perkara yang hendak diberitahukan oleh iblis itu sebenarnya tidak terlalu penting bagi Nabi Nuh as. Maka, beliau berkata, “Apa dua perkara itu?” Iblis menjawab, “Dua perkara itu tidak akan mendustakanku dan juga tidak akan melawanku. Dan aku mencelakakan manusia dengan dua perkara itu, yaitu tamak dan dengki. Karena dengki inilah aku dilaknat dan dijadikan setan yang terkutuk. Dan sesungguhnya Allah telah memperbolehkan semua kenikmatan surga kepada Adam, kecuali buah khuldi. Maka, dengan tamak inilah aku melampiaskan keinginanku untuk menjerumuskan Adam dari surga.” (Iyā’, hlm. 37)

Menurut Imam al-Gazālī, dengki merupakan pintu masuk setan yang paling besar untuk menjerumuskan manusia ke dalam jurang kesengsaraan. Ketika iblis ingin bertobat, maka Allah menyuruhnya untuk sujud kepada kuburan Nabi Adam as Akan tetapi, iblis tidak mau sujud kepada kuburan Nabi Adam as karena rasa dengki yang tertanam dalam jiwanya (Iyā’, hlm. 37). Menurut Syekh Muhammad Nawawī al-Jāwī, sumber kedengkian adalah benci dan sumber kebencian adalah marah. Dengan kata lain, marah melahirkan benci dan benci melahirkan dengki (Qāmi‘ augyān ‘alā Manūmah Syu‘ab al-Īmān, hlm. 14).

Baca Juga:  PERTAMA KALI TERJAGA TENTANG KESATUAN TRANSENDENTAL AGAMA-AGAMA (BAGIAN 3)

Iblis menyebutkan bahwa orang yang dengki adalah lebih buruk daripada Fir‘aun sebagaimana kisah berikut. Suatu ketika iblis mendatangi rumah Fir‘aun, raja zalim yang mengaku tuhan yang paling tinggi, seraya mengetuk pintunya. Lalu, Fir‘aun merespon ketukan pintu itu seraya berkata, “Siapa ini?” Iblis menjawab, “Jika engkau memang tuhan, lalu mengapa engkau masih tidak mengenalku?” Setelah itu, iblis masuk ke dalam rumah Fir‘aun sembari bertanya, “Tahukah engkau orang yang lebih buruk darimu di muka bumi ini?” Fir‘aun menjawab, “Siapakah dia?” Iblis menjawab, “Yaitu orang yang dengki. Dan karena kedengkian inilah aku terjerumus ke dalam jurang kesengsaraan dan kehinaan.” (Qāmi‘ augyān, hlm. 14).

Ketiga, suatu ketika iblis menampakkan diri kepada Nabi Yahya bin Zakaria as seraya berkata, “Aku ingin memberikan beberapa nasihat kepadamu.” Nabi Yahya as menjawab, “Aku tidak butuh nasihat-nasihatmu. Akan tetapi, berilah aku informasi tentang anak cucu Adam saja.”

Iblis berkata, “Menurut kami, mereka terbagi ke dalam tiga jenis. Jenis pertama adalah golongan manusia yang paling sulit bagi kami. Maka, kami  mendatangi salah satu di antara mereka secara intens sehingga kami sukses menggoda dan menguasainya. Namun, dia kemudian bertobat dan beristigfar sehingga dia menghancurkan semua hal yang telah kami lakukan kepadanya. Kami berusaha menggoda dan menguasainya lagi, tetapi dia juga bertobat dan beristigfar lagi. Kami tidak putus asa untuk terus menggoda dan menguasainya, tetapi kami tidak pernah mencapai hasrat kami itu. Kami betul-betul berada dalam kesulitan untuk menguasainya. Jenis kedua adalah golongan manusia yang berada di bawah kendali kami seperti bola yang berada di tangan anak-anak. Kami membolak-balikkan mereka sesuka kami, bahkan kami sebenarnya sudah merasa cukup dengan diri mereka sendiri (maksudnya, iblis tidak perlu menggoda mereka lagi karena mereka sudah terjerumus ke dalam jurang kesesatan dan kejahatan oleh hawa nafsu mereka sendiri). Adapun jenis ketiga adalah golongan manusia sepertimu. Mereka adalah maksum, dan kami tidak kuasa untuk menggoda dan menguasai mereka sedikit pun.” (Iyā’, hlm. 45) Wallāhu A‘lam wa A‘lā wa Akam…

Previous Article

SETAN-SETAN PERANG

Next Article

Rida Allah, Rida Orang Tua

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨