Pemikiran Tasawuf Tuan Guru Umar Kelayu

Lombok dikenal sebagai pulau seribu masjid, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam yang taat dan patuh terhadap ajaran agamanya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran-peran para pendahulu yang pernah menghiasi dan menghuni pulau Lombok. Salah satunya adalah Tuan Guru Umar Kelayu—bapaknya Tuan Guru di Lombok Timur.

Tuan Guru Umar Kelayu atau lebih populer dikenal sebagai Dato’ Umar merupakan sosok Tuan Guru yang hidup pada priode pengembangan dan penguatan keislaman masyarakat Sasak. Selain itu, Dato’ Umar menjadi sosok yang diidentikkan memiliki trah bergaris keturunan darah biru yang sangat dekat dengan Kerajaan Selaparang.

Dato’ Umar ialah seorang ulama Sunni, yang dalam pengajiannya lebih memfokuskan pada pengajaran fikih kepada para jamaahnya. Fikih yang diajarkan ialah madzhab Imam Syafi’i, dan salah satu kitab yang menjadi pegangannya ialah kitab Fathul Qarib.

Pemikiran keagamaan Tuan Guru Umar Kelayu tidak hanya sebatas pada ajaran fikih semata, akan tetapi beliau juga memiliki pandangan dan pemikiran tentang tasawuf. Ia merespons dan mengamati persoalan tarekat yang tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat Sasak. Kala itu, banyak pengamal tarekat yang telah keluar dari syariat Islam seperti mengabaikan dimensi lahiriah dan terlalu fokus pada dimensi batin Islam.

Maraknya kemunculan aliran tarekat di tegah-tengah masyarakat Sasak pada saat itu membuat Tuan Guru Umar Kelayu prihatin. Selanjutnya, untuk mengubah pandangan masyarakat Sasak tentang tarekat yang demikian, maka Tuan Guru Umar Kelayu mengajak dan juga mencontohkan kepada masyarakat dengan cara berbaiat tarekat di hadapan para jamaah, yang padahal dalam konteks baiat tarekat biasanya dilaksanakan dengan cara yang sangat terbatas.

Menurut Tuan Guru Umar Kelayu orang yang bertarekat (bertasawuf) bukan berarti orang tersebut (pelaku tarekat) tidak perlu lagi menjalankan syariat, akan tetapi keduanya (syariat dan tasawuf) itu saling melengkapi sehingga kesempurnaan beragama tercapai.

Baca Juga:  Menguak Pemikiran al-Ghalayaini dalam Idzatun Nasyi'in

Tuan Guru Umar Kelayu mengambil amalan tarekat dari kitab Fathul ‘Arifin yang ditulis oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas. Kitab tersebut berisikan ajaran-ajaran dari Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Praktik dari Tarekat Naqsabandiyah ditunjukan dengan cara melakukan zikir dan menahan nafas untuk menghadirkan lafal Allah di dalam hati, kemudian melakukan zikir nyaring, berdiri dan duduk.

0 Shares:
You May Also Like