Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas salah satu pokok penting dalam kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al-Ghazali, yang sangat relevan dengan dunia ilmu pengetahuan dan praktik kehidupan kita. Di bagian pertama kitab ini, Imam Al-Ghazali mengingatkan kita tentang bahaya ilmu yang tidak dibarengi dengan amal yang baik dan niat yang tulus. Dalam konteks ini, Al-Ghazali menyebutkan bahwa ilmu yang tidak diterapkan untuk mendekatkan diri kepada Allah justru dapat menjadi sumber kehancuran bagi pemiliknya.
Imam Al-Ghazali, sebagai seorang ulama besar, tidak hanya melihat ilmu sebagai suatu kumpulan informasi yang bermanfaat, tetapi lebih jauh dari itu, beliau memandang ilmu sebagai sarana yang harus mengarahkan manusia pada kebaikan dan kebahagiaan hakiki. Beliau berpendapat bahwa ilmu yang tidak disertai dengan kebijaksanaan, pengendalian diri, dan niat yang lurus bisa menjadikan seseorang sombong, merasa lebih tinggi dari orang lain, atau bahkan memanfaatkan ilmunya untuk tujuan duniawi semata.
Salah satu kritik yang tajam dari Al-Ghazali adalah tentang ilmu yang hanya mencari kemuliaan duniawi, seperti kepopuleran, jabatan, atau harta. Dalam pandangan beliau, ini adalah bentuk ilmu yang akan membawa kebinasaan, karena ia tidak hanya tidak bermanfaat, tetapi justru akan menjauhkan seseorang dari tujuan sejati hidup yaitu mencari keridaan Allah. Ilmu tanpa amal, menurut Al-Ghazali, akan menjadi beban bagi pemiliknya, bukannya berkah.
Imam Al-Ghazali juga mengingatkan kita tentang pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Beliau menekankan bahwa ilmu tidak boleh dipandang sebagai barang dagangan yang dapat diperdagangkan untuk keuntungan pribadi, tetapi sebagai sarana untuk memperbaiki diri dan membawa manfaat bagi umat manusia. Jika ilmu hanya dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan duniawi, maka ia akan menjadi sumber kebinasaan, tidak hanya bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi masyarakat dan agama.
Refleksi dari pemikiran Al-Ghazali ini penting untuk kita renungkan di tengah-tengah era modern yang sangat menekankan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat seringkali lebih menghargai keahlian dan kecerdasan sebagai tolok ukur kesuksesan hidup, padahal kesuksesan hakiki terletak pada seberapa besar ilmu tersebut membawa kita lebih dekat kepada Allah dan memberikan manfaat bagi sesama.
Di tengah maraknya pengetahuan yang berkembang pesat, kita harus selalu bertanya pada diri sendiri: apakah ilmu yang kita pelajari benar-benar mendekatkan kita kepada kebaikan dan kebahagiaan yang sejati? Apakah niat kita dalam menuntut ilmu sudah bersih dan lurus? Apakah ilmu yang kita miliki kita amalkan untuk kebaikan umat, bukan hanya untuk kepentingan pribadi semata?
Semoga dengan merenungi pesan Imam Ghazali ini, kita semua bisa lebih bijaksana dalam menyikapi ilmu pengetahuan, dan menjadikannya sebagai jalan untuk mencapai keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat.