Memupuk Kesadaran

Sayidina Ali pernah berkata, saya heran terhadap manusia yang kecewa dengan masa lalu, takut masa depan dan lupa masa sekarang. Fenomena ini sering terjadi di dalam kehidupan kita. Mungkin lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk menyesali masa lalu dan cemas dengan waktu yang akan datang, sementara tidak bersyukur atas waktu yang ada sekarang. Hal ini akan berakibat tergerusnya kesehatan mental kita lama kelamaan. Dengan tanda-tanda susah untuk berkonsentrasi, tidak fokus dalam interaksi, dan yang paling bahaya adalah tidak khusyuk dalam ibadah. Sampai pada klimaksnya, fenomena ini akan berujung hilangnya kesadaran untuk hidup di masa kini. Mereka akhirnya terjebak dalam kekecewaan dan kecemasan yang selalu menghantui jiwa.

Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita mengatasi mimpi buruk di atas. Harus dimulai dengan memupuk kesadaran tingkat tinggi yaitu dengan memaksa jiwa untuk to be present (hadir di waktu sekarang). Dengan cara pengisian hal-hal yang bermanfaat ke dalam jiwa kita. Mengapa jiwa yang diutamakan, karena unsur ini sangat abadi yang cenderung kepada fitrah Allah. Jiwa yang bersih membawa kita kepada hal-hal yang berguna. Melalui kehidupan dengan ibadah, membaca, menulis, olah raga, sosialisasi positif. Semuanya itu memberikan kehidupan pada masa sekarang, tidak ke belakang dan ke depan.

Tapi kalau fokus pada badan (jasmani), maka akan cenderung pada pemuasan nafsu. Dan tanpa disadari masuk lagi pada kecewa masa lalu, dengan berkata, berpikir dan menyihir diri pada hal-hal yang tidak berguna. Ditambah lagi kita akan gelisah masuk ke masa depan yang belum tentu sejelek yang dicemaskan. Karena jasmani ini sifatnya sementara yang hanya tertinggal di dalam bumi sewaktu kita meninggal. Maka sangat aneh, bila kita hanya memikirkan jasmani yang fana ini.

Baca Juga:  Mengenal Syekh Abdullah al-Anshari: Penulis Kitab Manazil as-Sa’irin

Dengan demikian, pemupukan kesadaran hanya bisa didapat ketika kita sudah memprioritaskan jiwa (ruhani) ketimbang badan (jasmani). Hal inilah yang dilakukan oleh para ilmuwan, filsuf dan orang-orang sukses terdahulu. Mereka hidup di waktu sekarang, tidak ada penyesalan dan kecemasan dalam diri mereka. Hal hasil, mereka memiliki produktivitas yang tinggi. Dapat bermanfaat bagi sesama dan alam sekitar semaksimal mungkin. Tidak sedikit dari mereka menyumbangkan suatu produk yang memudahkan kehidupan khalayak umum. Kita bisa lihat bagaimana Thomas Edison dengan lampu pijarnya yang mampu menerangkan malam yang gelap, lalu Alexander Graham Bell menemukan alat komunikasi, juga Albert Einstein dengan teori relativitas sebagai terobosan kemajuan peradaban. Apalagi bila kita pelajari para pilsuf seperti Ibnu Sina, Imam al-Ghazali, Jalaludin Rumi maka sangat jelas sekali bagaimana mereka dapat memanfaatkan waktu secara efektif sehingga menghasilkan karya- karya yang besar.

Manusia-manusia yang bermanfaat terhadap sesama tentunya memiliki kesadaran yang tinggi dalam menjalankan hidup mereka. Ritme kehidupan mereka sangat kental pada hal-hal pengisian jiwa baik berupa ilmu dunia maupun akhirat. Maka merekalah yang patut dicontoh karena telah berhasil hidup di masa sekarang. Jadi rumus pemupukan kesadaran adalah utamakan jiwa ketimbang jasmani, dengan demikian kita berada dalam masa kini yang tidak kecewa dengan masa lalu dan cemas masa depan.

Previous Article

Uzlah: Jeda Sejenak Buat Sembuhin Luka

Next Article

Mungkin Gak Kita Ngalamin Isra’ Mi’raj Seperti Nabi? Ini Penjelasannya!

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨