Memperkenalkan Secara Ringkas Makna Haji/Umrah untuk Orang Beriman Masa Kini

Ibadah Haji itu sendiri adalah semacam Rites of Passage (ritus/upacara perjalanan/peralihan). Tujuannya bersifat simbolik/maknawi. Tapi mengambil wujud lahiriah, yang melibatkan perjalanan fisik. Ritus perjalanan ini dimulai dari meninggalkan tempat tinggal, menjalani kehidupan di tempat baru penuh kesulitan atau cobaan yang transformatif, lalu kembali ke tempat tinggal lagi dalam keadaan sudah lebih dewasa atau matang. Jadi, perjalanan ini adalah perjalanan di dunia luar, menuju ke dalam diri. Hakikatnya ini memang bersifat batin.

Dalam berbagai bentuknya yang beragam, ritus perjalanan ini ada di semua agama, sejak awal sejarah manusia. Bahkan ada di semua tradisi dan suku. Sejak zaman kuno sampai sekarang. Istilah “hajj” berarti menuju kepada sesuatu, dan berfokus padanya. Sebuah ziarah menuju jati diri, dalam rangka menuju Allah.

Ka’bah, bermakna kubus, dalam versi yang lebih mudah diterima, pertama kali dibangun oleh Nabi Adam. Sebagai rumah ibadah pertama manusia. Allah menyebutnya sebagai tempat shalat (bersembahyang), karena memang arti kata asli “shalat” sendiri adalah berdoa, atau bersembahyang. Karenanya disebut rumah (ibadah) kuno (bayt al-‘atiiq).

Ka’bah dipercayai berada dalam satu poros dengan Bayt al-Ma’mur di langit, yang menjadi tempat thawaf para malaikat di sekitar ‘Arasy Allah. Belakangan, karena rusak termakan usia, bangunan Ka’bah, direnovasi oleh Nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail as.  Sedang hajar aswad disebutkan sebagai sekeping dari bumi Allah (maksudnya, mungkin, tanah surga).

Ada riwayat yang menceritakan bahwa, ketika diturunkan ke bumi, Adam kesepian. Allah memberikan batu permata yaqut. Mungkin yaqut ini adalah sekeping tanah surga yang diberikan kepada Adam itu. Begitu cemerlangnya batu itu, sehingga sinarnya mencapai radius yang jauh. Tanah haram itu, konon, adalah wilayah yang luasnya berada dalam radius pancaran yaqut itu dahulu. Yakni sepanjang kira-kira 5,5 km, dalam hitungan sekarang.

Baca Juga:  Makna Sila Pertama dalam Pancasila Menurut Mohammad Hatta

Belakangan, tanah yang awalnya putih berkilau itu menjadi hitam. Ada dua riwayat tentang penyebabnya: ia menjadi hitam karena menyerap dosa-dosa para peziarah yang menyentuh, mencium (atau, secara simbolik, memberi salam) kepadanya. Riwayat lain mengatakan ia menjadi hitam sebagai dampak kejahatan pertama yang dilakukan manusia, ketika Qabil (anak Nabi Adam) membunuh Habil, saudaranya.

Sebagaimana shalat, telah disebut sebelumnya, haji/umrah adalah perjalanan fisik yang memiliki makna batin. Ada beberapa jenis ibadah utama, tapi sesungguhnya, umrah/haji adalah suatu ziarah napak tilas sejarah nabi-nabi, khususnya hidup Nabi Muhammad saw serta saat-saat Islam lahir dan berkembang pada awalnya. Dengan jalan mendatangi Makkah—dan Madinah—dan menziarahi situs-situ suci kesejarahan Islam yang ada di sana.

Di bawah ini ibadah-ibadah yang bersifat wajib, yang kita lakukan di Makkah dalam pelaksanaan ibadah Haji/umrah:

  1. Berniat ihram. Memakai pakaian putih tanpa jahitan. Ini semacam simbol hidup asketis, yang di dalamnya beberapa perbuatan halal diharamkan, sebagai bagian pelajaran mendewasakan/mematangkan diri. Yakni, selama kita memakai pakaian ihram itu.
  2. Thawaf, yang secara umum bergerak dengan menjadikan Allah—yang diwakili Hajar Aswad, simbol-Nya—sebagai porosnya. Persis seperti malaikat mengelilingi Allah di Baytul Ma’mur. Sekaligus simbol kesetaraan dan persaudaraan semua manusia, tak peduli kelas sosial, warna kulit, gender, suku, dan sebagainya. Thawaf sepenuhnya menggambarkan kesetaraan ini. Dalam Thawaf, tak ada orang yang mendapatkan priviledge. Diketahui bahwa tradisi Thawaf ini sudah ada sejak sebelum Islam. Islam mengembalikan dan menyempurnakan tata-caranya. Termasuk di salamnya. Mencium, atau menyentuh (bisa diganti dengan salam dari kejauhan) berarti berbaiat kepada Allah untuk menjadi hambanya yang baik
  3. Kemudian melakukan sa’iy (berlari kecil antara Shafa dan Marwah). Konon itu adalah batas Tanah Haram. Ada yang meriwayatkan bahwa itu jalur Siti Hajar kebingungan berlari bolak-balik mencari air untuk Isma’il, anaknya yang baru lahir. Sedang makna batin sa’iy ini adalah bersegera melakukan kebaikan, yang satu disusul yang lain, demi menjalani kebaikan sepanjang hidup.
  4. Lalu tahallul (maknanya, penghalalan kembali hal-hal yang tadinya diharamkan ketika ihram), dengan mencukur rambut (sya’r) sebagai simbol pembersihan hati (syu’uur). Dengan ini kewajiban umrah selesai.
  5. Umrah bisa diulang berapa kali pun, sesempatnya. Saat baru datang (thawaf qudum), thawaf utama (ifadhah), maupun thawaf wada’ (perpisahan).
  6. Untuk haji ada tambahan-tambahan ibadah. Utamanya, wuquf (berhenti) di ‘Arafah—sebagai padang yang, sekali lagi, mengingatkan kita bahwa semua manusia bersaudara, sama-sama berasal dari ayahanda Adam dan ibunda Hawa. Rangkaian ibadah haji ini diakhiri melempari simbol setan sebagai lambang keburukan yang harus kita hindari, dengan bebatuan yang kita ambil di Muzdalifah.
Baca Juga:  Ramadan: Madrasah Spiritual Orang-Orang Beriman (Bagian 1)

Selain di Makkah, meskipun yang ini sunnah, kita juga berziarah ke Madinah. Tempat Nabi Muhammad saw tinggal sejak hijrah hingga wafatnya. Di sini, kegiatan utama adalah menziarahi makam Nabi saw, mengalami shalat di lingkungan Masjid Nabawi, dan menziarahi situs-situs kesejarahan lainnya. Termasuk kuburan para anggota keluarga Nabi dan para sahabatnya.

Siapa kira-kira Muslim pengikut Nabi saw yang akan meninggalkan keutamaan ini? Haji memang wajib, tapi berkah dari bertemu dengan Nabi dan manusia-manusia utama dalam sejarah Islam itu tak tertandingi oleh apa pun juga.

Previous Article

Makna Keluarga Nabi Menurut Syekh Muhammad Nawawī al-Jāwī

Next Article

Kata Imam al-Ghazali, Lakukan Tips ini Agar Tidurmu Berkualitas!

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨