Makna Batin Zakat

Zakat dalam istilah adalah salah satu bentuk sedekah. Hanya saja, zakat adalah pemberian yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Sedang sedekah bersifat suka rela. Maka, di dalam Al-Qur’an, ajaran-ajaran tentang memberi sedekah juga bermakna ajaran-ajaran tentang zakat.

Dalam Al-Qur’an zakat tak kurang disejajarkan dengan shalat

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

“Dirikanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Nabi Muhammad) agar kamu dirahmati.” (QS. An-Nur [24]: 56)

Bahkan Nabi saw bersabda, “Sedekah itu bukti (keimanan kepada Allah).”

Dalam surah al-Layl ayat 5-10, yang juga akan dikutip di bawah ini, disebutkan bahwa sedekah (pemberian) adalah pembenar (shaddaqa) pahala yang baik (di akhirat). Menurut Ibn ‘Arabi, kata sedekah berasal dari kata sha da qa, yang terkait dengan makna “sesuatu yang keras”. Sebagaimana tombak disebut sebagai “keras”, “rumhun shidqun”. Karena memang bersedekah itu sulit.

Sehingga dalam hadis dikatakan bahwa sedekah itu terjadi melalui tangan Sang Maha Welas Asih. Dalam kaitan ini, Rasulullah saw bersabda:

“Tidak seorang pun yang menyedekahkan hartanya yang halal—yang Allah memang tidak akan menerima kecuali yang baik—melainkan Allah akan menerimanya dengan tangan kanan-Nya, meskipun sedekahnya itu hanya sebutir kurma. Maka kurma itu akan bertambah besar di tangan Allah Yang Maha Pengasih, sehingga menjadi lebih besar daripada gunung, sebagaimana halnya kamu memelihara anak kambing dan anak unta (yang semakin lama semakin besar).”

Memang, sesungguhnya sedekah adalah mengimitasi kedermawanan Allah Swt. Yang Maha Dermawan. Bersedekah, kata Imam Sya’rani, sesungguhnya juga mengimitasi alam, yang tabiatnya adalah senantiasa menyedekahkan dirinya untuk manusia. Sedang manfaatnya bagi manusia, zakat itu membersihkan dan menyucikan mereka.

Baca Juga:  Seni Agar Allah Jatuh Cinta ala Sufi (Bagian 1)

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ 

“Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah [9]: 103)

Yakni menyucikan dari sifat-sifat buruk yang bersumber dalam hawa nafsu egoisme. Maka, orang yang rajin berzakat, jalan hidupnya akan lancar. Dia terbebas dari beban-beban hidup yang memberatkannya.

فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ وَٱتَّقَىٰ, وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ, فَسَنُیَسِّرُهُۥ لِلۡیُسۡرَىٰ. وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ وَٱسۡتَغۡنَىٰ, وَكَذَّبَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ, فَسَنُیَسِّرُهُۥ لِلۡعُسۡرَىٰ

“Adapun orang yang bersedekah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (di akhirat), maka kami akan memudahkan baginya jalan yang kemudahan. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kami akan memudahkan baginya (jalan) kesukaran.” (QS. Al-Lail [9]: 5-10)

Dengan kata lain, orang yang rajin bersedekah dan berzakat, hidupnya akan ringan, tenteram, dan bahagia.

Previous Article

Membaca Tasawuf Nusantara

Next Article

Menghidupkan Ilmu Agama: Etika Tasawuf dalam Iḥyā’‘Ulūm al-Dīn

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨