Islam Tak “Gila Perang”
Imam Khomeini pernah menyatakan: “Aku merindukan suatu zaman yang di dalamnya moncong-moncong senapan digantikan dengan mata-mata pena. Karena mata-mata pena telah terbukti menyumbang bagi kemanusiaan, sementara moncong-moncong senapan tidak.” Maaf, mungkin kutipan tidak persis seperti ini. Saya baca ini puluhan tahun lalu, jadi mungkin kata-kata perkatanya tidak akurat.
Kiranya Imam Khomeini hanya menggemakan ajaran Al-Qur’an: “Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
Membenci peperangan yang membuat kerusakan hebat, memisahkan angota-anggota keluarga, membunuh, membuat cacat dan, tak jarang, membakar dendam permusuhan, memang adalah sesuatu yang seharusnya dihindari. Tak ada yang suka perang kecuali tukang perang (war monger). Dan, jika dipelajari dengan teliti, Al-Qur’an sangat men-discourage perang, kecuali dalam hal adanya penindasan dan agresi. Dan para penindas atau agresor itu benar-benar bebal sehingga uluran tangan damai sama sekali dilecehkan. Saya kira, Zionis Israel adalah contoh yang paling pas tentang tukang perang dan agresor/penindas ini. Islam memang menganjurkan penyusunan kekuatan militer, tapi lebih sebagai tindakan mencegah musuh agar tidak seenaknya mengagresi (kekuatan deterrent).
Sejarah pasca kemenangan Revolusi Islam di Iran menunjukkan bahwa negeri ini menyusun kekuatan deterrent seperti ini. Dan Iran tak punya catatan mengagresi negara lain. Paling jauh yang dilakukan Iran, adalah membantu kekuatan-kekuatan pembebasan di berbagai negara, yang mengalami agresi dan penindasan—meski orang bisa berbeda pendapat tentang hal ini. Bahkan, jika hal ini kita perluasan kepada kepemimpinan Syiah di negeri lain, Ayatullah Sistani yang biasanya pasifis, harus menginisiasi kekuatan paramiliter al-Hasd asy-Sya’bi di untuk mengusir ISIS yang menyerbu negerinya.
Jadi, tak ada orang baik yang akan membiarkan agresi dan penindasan berlangsung puluhan tahun tanpa ada perlawanan. Tapi, pada akhirnya, Islam adalah agama yang mengajarkan kecintaan kepada kedamaian, dan bukan peperangan. Kiranya itulah yang dimaksud Imam Khomeini dalam pernyataannya, yang dikutip sebagai pembukaan tulisan sederhana ini.