Dialog Nabi dengan Orang Miskin terkait Ibadah

Dalam kitab Ihya’ Ulum al-Din karya Imam al-Ghazali, terdapat sebuah dialog yang menarik antara Nabi Muhammad Saw dan umatnya yang mengalami kekurangan harta, mengenai peluang mendapatkan pahala dalam ibadah.

Suatu hari, sekelompok orang miskin mendatangi Rasulullah Saw dan mengungkapkan keluhan mereka: “Ya Rasulullah, orang-orang kaya memiliki banyak peluang untuk memperoleh pahala. Mereka melakukan shalat dan puasa seperti kami, tetapi mereka mendapatkan pahala lebih karena mereka memiliki harta yang dapat mereka infakkan.”

Menanggapi keluhan ini, Rasulullah Saw menjelaskan, “Tidakkah Allah Swt juga menyuruh kalian untuk bersedekah? Setiap tasbih (ucapan subhanallah), tahmid (ucapan alhamdulillah), tahlil (ucapan la ilaha illallah), dan takbir (ucapan Allahu Akbar) adalah bentuk sedekah. Menganjurkan kebaikan (amar ma’ruf) dan melarang kemungkaran (nahi munkar) juga merupakan sedekah. Memberikan makanan untuk kebutuhan keluarga kalian adalah sedekah, dan hubungan suami istri dalam konteks yang baik juga dianggap sebagai sedekah.”

Dalam riwayat lain, Abu Dzarr al-Ghiffari ra pernah mengeluh kepada Rasulullah Saw, “Orang-orang kaya menguasai seluruh pahala. Mereka melakukan ibadah seperti kami dan masih dapat menginfakkan harta, sedangkan kami tidak memiliki kesempatan yang sama.”

Rasulullah Saw menjawab, “Maukah aku beritahu amalan yang jika kalian kerjakan, kalian akan mendapatkan pahala sebagaimana orang-orang kaya di sekeliling kalian? Yaitu, dengan membaca Subhanallah tiga puluh tiga kali, Alhamdulillah tiga puluh tiga kali, dan Allahu Akbar tiga puluh empat kali setelah setiap selesai shalat.”

Penjelasan ini menunjukkan bahwa ada banyak jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Allah selalu menyediakan peluang bagi setiap orang untuk mendekat kepada-Nya, terlepas dari keadaan materi mereka. Bagi yang memiliki lebih banyak harta, cara menyempurnakan ibadahnya ialah dengan memperbanyak sedekah, infak, dan membantu orang yang membutuhkan dsb.

Baca Juga:  SETAN-SETAN PERANG

Sementara bagi yang kurang mampu secara materi, cara menyempurnakan ibadahnya dengan menghindari rasa iri terhadap orang yang lebih mampu, memiliki jiwa penyabar, terus berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaiki kualitas hidup, dan memperbanyak zikir.

Previous Article

Mari Beragama Secara Imajinatif

Next Article

Makna Keluarga Nabi Menurut Syekh Muhammad Nawawī al-Jāwī

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨