Manfaat Kesedihan

Hari ini saya menerima, dari beberapa teman, komentar seseorang yang rupanya, membaca tulisan-tulisan saya dan mengikuti wawancara-wawancara dengan saya, yang di dalamnya saya menyebut kecenderungan depresi dan anxiety saya. Teman tersebut menulis:

“Bang Haidar ini punya personality Tipe B dalam CBT. Karakter utama personality tipe B ini orangnya santai, toleran, lebih sering menilai diri sendiri daripada menilai orang lain. Orang tipe ini biasanya lebih sabar dibanding yang tipe A. Tapi tipe B ini lebih mudah alami depresi, karena cenderung menyalahkan diri sendiri daripada menyalahkan orang lain.”

Kecuali soal bahwa saya orang yang sabar, menurut saya komentarnya banyak benarnya. Di bawah ini salah satu coret-moret saya tentang suatu hal, yang terkait dengan soal ini, tapi tak sesering itu dibahas.

Hidup itu tak bermakna (absurd), tapi layak dijalani sejauh engkau memahami ketidakbermaknaannya…” (Albert Camus)

Seperti mengikuti suara tokek untuk meramalkan sesuatu, kita pun seperti tak tahu di manakah kita harus berhenti untuk menyimpulkan: “bahagia….atau sedih”-kah sesungguhnya hidup di dunia ini dirancang—jika rancangan itu memang ada. Atau, ia adalah “kesedihan dalam kebahagiaan” atau “kebahagiaan dalam kesedihan”? Camus tampaknya setuju dengan yang disebut belakangan: hidup ini menyedihkan, tapi kita bisa meraih kebahagiaan dalam kesedihan hidup, jika kita tahu bahwa kesedihan itu sebetulnya adalah demi sesuatu yang bermakna. Cobaaan musibah, atau kesulitan ada demi mematangkan kita, dan membuat kita lebih reflektif dan spiritual. 

Dalam tasawuf, ada gagasan tentang khuzn (kesedihan) sebagai penarik orang untuk mendekat kepada Allah. Al-Qur’an pun mengajarkan:

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah [2]:155)

Baca Juga:  Sang Mujaddid itu Bernama Gus Baha’

Perhatian ungkapan “berita gembira” di ujung ayat. Apa gerangan berita gembira itu? Pencerahan dan kematangan spiritual. Yakni, pengungkapan makna-makna terdalam dari misteri-misteri kehidupan: tentang sumber kehidupan, tujuan, dan cara terbaik menjalaninya. Orang yang mengalami kesedihan akan dipaksa hidup dengan caranya sendiri, mencari jalan membebaskan diri dari kesedihan itu, pada puncaknya secara sendirian. Bahkan menimba kebahagiaan dari caranya mengelola kesedihan itu. Dengan melakukan refleksi ke dalam batinnya. Dengan kata lain, dia menjalani kehidupannya dengan cara yang autentik. Bukan atas gagasan-gagasan atau wishful thinking orang lain. Padahal, seperti kata Rumi, kita harus menjalani hidup kita dengan cara kita sendiri. Karena hanya kita sendirilah yang bisa menjalaninya. Inilah kiranya rahasia dibalik kebesaran para Nabi. Mereka ditempa oleh kesedihan, yang mematangkan dan mencerahkan diri mereka. Sejak Nabi Adam, Nuh, Ayub, Ibrahim dan, puncaknya, Muhammad saw. Kesedihan adalah jalan para Nabi, dan awliya’-Nya.

Hanya orang yang di-istdraj (didorong kepada keadaan lebih buruk, kepada kesesatan oleh) Allah, akibat pembangkangan dan kedegilannya sendiri, yang tidak mengalami kesedihan. Seperti kata Kierkegaard, seorang filsuf-mistikus: “Siapa yang telah belajar untuk sedih dengan cara yang benar, maka dia telah belajar tentang  (kebenaran-kebenaran) yang puncak.”

Nyatanya, sambil takut jika depresi dan anxiety menyergap saya lagi, ada hal-hal baik yang hilang setiap saya bebas dari depresi dan anxiety.

Tapi benar juga kata teman yang menuliskan komentar itu: “Baiknya kita tahu apa personality kita sehingga bisa aware pada jalan pikiran dan perasaan kita, dengan tujuan agar kita bisa atasi simptom-simptom negatif yang muncul, dengan melenturkan paradigma berpikir kita.” Dengan kata lain, kita selalu bisa tak sepenuhnya larut dan kehilangan kendali dalam pusaran perasaan-perasaan kita.

Baca Juga:  Menjadi Majnun di Hadapan Tuhan
0 Shares:
You May Also Like
Read More

ZIARAH (3)

Kisahnya bermula kira-kira hampir setahun yang lalu, meski niat berziarah ini sudah saya pendam sejak lama. Ziarah ke…