Tasawuf dan Fisika Kuantum (Bagian 4)

Sekarang soal pernujuman atau peramalan. Dalam bahasa Indonesia, ilmu meramal ini juga biasa disebut dengan ilmu nujum (pernujuman).

Istilah meramal berasal dari kata “ramal” yang bermakna “pasir”. Kenapa dinamai demikian? Karena dulu ada kebiasaan orang menerawang masa depan dengan medium pasir. Demikian pula, istilah menujum berasal dari kata nujum, yang bermakna bintang-bintang. Karena, selain dengan menggunakan pasir, orang meramal dengan mengaitkannya dengan bintang-bintang atau zodiak. Tradisi seperti ini sudah berlangsung lama. Sejak zaman purba. Tapi, bagaimana orang bisa menujum sesuatu yang belum terjadi?

Persoalannya terletak pada adanya ruang waktu yang keberadaannya tak terikat oleh ruang (fisik) waktu (linear) Newtonian. Kategori kemarin/tadi/sebelumnya dan besok /nanti/sesudahnya sesungguhnya hanya ada di alam ruang waktu Newtonian ini. Jika kita bisa berpindah ke ruang waktu lain, yang waktunya tidak bersifat linear, maka keadaannya akan berbeda. Tak ada waktu tadi atau nanti. Semua waktu adalah sekarang. Waktu seperti ini dalam tasawuf disebut sebagai dahr (waktu perpetual atau siklikal). Waktu perpetual ini mencakup jangka waktu sebelum dan sesudah yang sekarang. Bukan hanya sekarang. Dengan kata lain, waktu sebelum dan sesudah itu telah menjadi “sekarang”. Atau dekat dengan “sekarang”. Muhyiddin Ibn al-‘Arabi, sang Doktor Maximus (asy-Syaikh al-Akbar) mengatakan bahwa jangkauan waktu dahr itu mencakup 72 kali durasi waktu linier.

Kalau diumpamakan, apa yang disampaikan Ibn al-‘Arabi, waktu dahr itu seperti membesarkan ruang waktu menjadi 72 kali lipat. Karenanya, banyak hal yang dalam ruang—waktu Newtonian—yang terjadi dan sebelum waktu sekarang tidak bisa kita ketahui, menjadi terketahui. Alam yang di dalamnya beroperasi ruang (suprafisik) yang diatur oleh waktu dahr itu dalam tasawuf biasa disebut sebagai ruang imajinal atau ruang barzakh (intermediate).

Baca Juga:  Menjadi Hamba, Menjadi Mulia

Contoh jelas tentang fenomena ini adalah gejala mimpi. Di alam mimpi, kejadian yang di dunia empiris membutuhkan durasi lama, dibuktikan dalam penelitian sebagai terjadi dalam durasi yang jauh lebih singkat. Catatan: dalam pemikiran Barat kontemporer pun diakui—setidaknya oleh sebagian pemikir, semisal Rudolf Steiner—akan keberadaan alam/ruang dan waktu perpetual seperti ini.

Nah, sehubungan dengan ini, bagaimana fisika kuantum menjelaskan hal ini, terkait dengan kemampuan seorang psychic (peramal atau penujum) melihat masa depan? Jawabannya hanya merupakan kelanjutan dari uraian di atas. Mereka bisa “meloncat” ke ruang-waktu non-Newtonian. Dengan kata lain, ruang-waktu (sebagaimana yang diatur oleh) fisika/mekanika kuantum.

Tapi, bukankah kejadiannya tidak terjadi di level kuantum? Sudah puluhan tahun para ahli fisika percaya bahwa sesungguhnya, bukan hanya alam semesta subatomik, alam semesta kosmik pun diatur oleh suatu rumus yang sama—meski, memang, The Theory of Everything itu belum ditemukan secara saintifik sampai saat ini.

Nah, jika kita andaikan hukum fisika/mekanika kuantum itu benar-benar berlaku di semua alam, maka fenomena pernujuman atau peramalan menjadi sesuatu yang mungkin. Bagaimana caranya?

Pertama, harus kita sampaikan di sini bahwa  sebetulnya bahwa alam imajinal itu—dalam pemikiran sufistik—masih merupakan kontinum (suatu keberlanjutan tanpa jeda) dengan alam empiris—menuruti prinsip wahdatul wujud (ketunggalan wujud) dan  tasykikul wujud (ambiguitas wujud). Dalam prinsip ini tak ada batas diskret di antara alam-alam itu, betapa pun beda martabat. Bahkan termasuk alam spiritual. Sambil lalu saya sampaikan di sini, bahwa kenyataan adanya gejala keberlindanan kuantum (quantum entanglement—atau sympathea (cinta) antar semua benda/keberadaan di alam semesta—yang diuraikan sebelum ini, mengungkapkan adanya fenomena unitif (Ketunggalan) yang mendasari semuanya itu).

Baca Juga:  Tiga Rintangan Bagi Pasutri yang Perlu Diwaspadai Menurut Imam al-Ghazali

Alhasil, sebetulnya fisika kuantum bisa jadi telah membuka jalan ke arah diskusi tentang kemungkinan orang mempersepsi alam imajinal-barzakhi dan spiritual. Kembali kepada persoalan cara, kuncinya terletak pada, apakah manusia mampu menjadikan dirinya memiliki vibrasi yang sama dengan keberadaan dalam alam imajinal-barzakhi itu.

Di sinilah masuk upaya keras (mujahadah atau tirakat), berupa puasa atau sedikit makan, jaga malam, bertapa (diam, jauh dari orang lain), yang mencirikan kegiatan meditasi dalam banyak agama dan spiritualitas. Dalam tasawuf, upaya ini disebut sebagai menjalankan mujahadah (hidup prihatin). Selain itu juga ada metoda pembacaan formula-formula atau mantera-mantera (zikir, wirid, hizib), baik dalam shalat atau di luar shalat. Kegiatan-kegiatan yang disebut terakhir ini dalam tasawuf disebut sebagai riyadhah (latihan-latihan spiritual). Persis ini jugalah yang disampaikan oleh psychic muda yang saya temui di Semarang itu.

Catatan akhir: Sebetulnya masih ada beberapa hal menarik yang bisa ditarik dari fisika/mekanika kuantum yang bisa digali dalam kaitannya dengan tasawuf. Termasuk gejala muliverse (alam majemuk) atau alam semesta paralel (parallel universe) yang membuka kemungkinan adanya ketakterbatasan keberadaan kita di alam lain selain di alam yang di dalamnya kita hidup sekarang ini, kebersatuan/kesalingpengaruhan subjek pengamat dengan objek pengamatan dalam rangka struktur epistemologis (yang biasanya selalu mengandaikan objektivitas/keterpisahan, kemungkinan sifat maya/rekayasa virtual kehidupan manusia, dan sebagainya. Juga tentang kemungkinan sifat quantum mechanics cara kerja otak kita. Tapi, biarlah seri tulisan ini saya sudahi sampai di sini dulu. Apalagi, memang konteksnya lebih dalam menjelaskan fenomena psychic, yang saya alami dalam kunjungan saya ke Semarang beberapa minggu lalu.(Habis)

Previous Article

Keutamaan Jiwa

Next Article

Kegelisahan Herbert Marcuse dan Erich Fromm dalam Memandang Masyarakat Industri-Kapitalis

Subscribe to our Newsletter

Subscribe to our email newsletter to get the latest posts delivered right to your email.
Pure inspiration, zero spam ✨